LIPUTANBARU.COM//JAKARTA – Mengembangkan pariwisata nostalgia bisa menjadi strategi yang menarik untuk memperkaya pengalaman wisatawan dan melestarikan warisan budaya. Mengapa nostalgia mendorong tren bisnis pariwisata pada saat tertentu?
Pakar Strategi Pariwisata Nasional Taufan Rahmadi mengatakan, konsep ini menggabungkan elemen sejarah, tradisi, dan keunikan lokal untuk menciptakan pengalaman yang memberi kesan mendalam bagi pengunjung.
“Bisa melalui rekreasi acara sejarah, restorasi bangunan bersejarah, atau tur tema khusus, pariwisata nostalgia dapat memungkinkan wisatawan untuk merasakan kembali masa lalu sambil mendukung ekonomi lokal,” ujar Taufan Rahmadi.
Namun, lanjut Taufan, penting untuk memperhatikan keseimbangan antara pelestarian warisan budaya dan pembangunan modern. Terlalu banyak komersialisasi atau modifikasi dapat mengurangi kesan autentisitas dan mempengaruhi integritas budaya.
“Oleh karena itu, pendekatan yang berkelanjutan dan berhati-hati diperlukan dalam mengembangkan pariwisata nostalgia, dengan memperhatikan partisipasi komunitas lokal dan perlindungan lingkungan,” ungkap Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran ini.
Dia menerangkan, secara keseluruhan, mengembangkan pariwisata nostalgia dapat menjadi peluang yang baik untuk mempromosikan identitas lokal, meningkatkan kesadaran sejarah, dan mendukung pembangunan berkelanjutan di destinasi wisata.
“Melihat serba cepatnya segala sesuatu yang terjadi di dunia saat ini sering kali menimbulkan perasaan kewalahan pada diri seseorang. Wisatawan ingin kembali merasakan petualangan masa muda, kesejukan, atau pun kesederhanaan,” tuturnya.
Pria peraih penghargaan Tourism Inspirational Figure 2022 ini menambahkan, konsep pariwasata nostalgia mencoba mengingatkan dan mengulang perasaan masa lalu yang diidealkan di masa sekarang.
“Ini juga menunjukkan bahwa perasaan nostalgia, mereka lebih bersedia menghabiskan uangnya untuk membayar objek yang diinginkan. Karena perasaan ingin bernostalgia ini melemahkan kemampuan mereka memprioritaskan uang,” imbuhnya.
Dijelaskannya, pariwisata nostalgia di sini dapat pula diartikan secara luas yang mencakup industri kreatif yang melekat, termasuk mengapa gaya vintage dan retro kembali populer. Bagi generasi yang pernah merasakan langsung, tren ini mengingatkan petualangan masa muda mereka dalam waktu yang seakan lebih lambat.
“Meskipun milenial dan Gen Z tidak benar-benar ada di sana untuk menyaksikan gelombang pertama tren ini, mereka terinspirasi gaya hidup masa lalu,” kata mantan Ketua Tim Percepatan Destinasi Prioritas Mandalika ini.
Di setiap sudut kota, konsep kafe pun semakin banyak ditemui nuansa-nuansa klasik atau jadul seperti bergaya rumah dan perabotan vintage, konsep retro yang ngejreng, atau konsep-konsep klasik ala Asia Timur seperti Jepang, Korea, Hong Kong dan lainnya.
“Bernostalgia membuat kita berpikir betapa romantisnya masa-masa itu dan membuat kita ingin merasakan bagian dari masa itu kembali,” pungkasnya.