Potensi Pariwisata dalam Mengatasi 9,9 Juta Gen Z Pengangguran dan Putus Sekolah

LIPUTANBARU.COM//JAKARTA – Data Badan Statistik (BPS) mengatakan ada 9,9 juta Gen Z tak bekerja dan tak sekolah. Hal ini harus menjadi kewaspadaan pemerintahan Prabowo-Gibran nantinya. Lalu bagaimana peran pariwisata dalam mengatasi hal ini?

Pakar Strategi Pariwisata Nasional Taufan Rahmadi menjelaskan, mengatasi masalah 9,9 juta generasi Z yang tidak bekerja dan tidak sekolah (NEET: Not in Education, Employment, or Training) dari perspektif pembangunan pariwisata dapat melibatkan berbagai strategi.

Pertama, melalui pendidikan dan pelatihan khusus. Program pelatihan keahlian dengan mengadakan program pelatihan yang difokuskan pada keterampilan pariwisata seperti perhotelan, pemandu wisata, kuliner, manajemen acara, dan teknologi pariwisata.

“Kemudian disusul dengan kolaborasi bersama Institusi Pendidikan dengan mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri pariwisata bekerja sama dengan sekolah, universitas, dan lembaga pelatihan,” ujar Taufan Rahmadi, Minggu 19 Mei 2024.

Kedua, lanjut Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran bidang Parekraf ini, melalui peningkatan kesadaran dan minat. Caranya, dengan meningkatkan kampanye promosi pariwisata sebagai karir. Hal ini bisa menggunakan media sosial, seminar, dan workshop untuk meningkatkan kesadaran akan peluang karir di sektor pariwisata.

“Langkah ini bisa diperkuat dengan mengatur kunjungan lapangan ke destinasi pariwisata dan program magang di industri terkait untuk memberikan pengalaman langsung kepada generasi Z,” tutur Taufan.

Ketiga, pria peraih penghargaan Tourism Inspirational Figure 2022 ini mendorong pengembangan infrastruktur dan destinasi baru dengan fokus pada investasi dalam destinasi baru.

“Misalnya dengan mengidentifikasi dan mengembangkan destinasi wisata baru yang memiliki potensi untuk menarik wisatawan domestik dan internasional. Kemudian meningkatkan fasilitas pendukung seperti akses transportasi, akomodasi, dan atraksi lokal,” sebutnya.

Keempat, Taufan menyarankan pemerintah meningkatkan dukungan kewirausahaan, khususnya di sektor Parekraf. Salah satunya dengan melaksanakan inkubator dan akselerator bisnis.

“Pemerintah bisa membentuk program inkubator untuk mendukung generasi Z yang ingin memulai usaha di bidang pariwisata. Tentu saja juga menyediakan akses ke pendanaan atau modal, baik dari pemerintah, investor swasta, maupun skema kredit mikro,” papar mantan Ketua Tim Percepatan Destinasi Prioritas Mandalika ini.

Berikutnya yang kelima, pemerintah proaktif melakukan kolaborasi dengan industri, khususnya kemitraan dengan perusahaan pariwisata. Yakni dengan mengajak perusahaan besar dalam industri pariwisata untuk menyediakan pelatihan kerja, magang, dan pekerjaan bagi generasi Z.

“Hal ini juga bisa diperkuat dengan mendorong perusahaan untuk mengalokasikan Corporate Social Responsibility (CSR) mereka untuk program pendidikan dan pelatihan pariwisata,” tambah Taufan.

Keenam, dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi seperti platform digital untuk pekerjaan. Pengembangan platform digital ini untuk menghubungkan generasi Z dengan peluang kerja di sektor pariwisata.

“Penggunaan teknologi ini juga bisa untuk menciptakan produk dan layanan wisata baru yang menarik bagi pasar,” cetus Taufan.

Ketujuh, Pemerintah bisa mengupayakan program untuk penguatan komunitas lokal. Salah satunya dengan mengadakan pelatihan bagi masyarakat lokal untuk menjadi bagian dari ekosistem pariwisata, seperti homestay, kuliner lokal, dan kerajinan tangan.

“Pemberdayaan ekonomi lokal ini bisa mendorong inisiatif yang meningkatkan keterlibatan dan partisipasi komunitas lokal dalam industri pariwisata,” sambungnya.

Terakhir, membuat kebijakan dan regulasi yang mendukung pengembangan sektor pariwisata dan membuka lebih banyak peluang kerja.

“Termasuk memberikan insentif bagi investor yang berinvestasi di sektor pariwisata, khususnya di daerah yang masih kurang berkembang,” tuturnya.

Dengan pendekatan yang terintegrasi dan kolaboratif ini, tambah Taufan, generasi Z yang saat ini tidak bekerja dan tidak sekolah dapat diberdayakan untuk menjadi bagian aktif dari industri pariwisata, yang pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.

“Jika gen Z dibiarkan seperti ini, diperkirakan di tahun 2030 akan terjadi ‘Bencana Generasi’ bukan lagi ‘Generasi Emas’ seperti yang kerap disampaikan oleh Presiden Jokowi ataupun Presiden Terpilih Prabowo,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *