LIPUTANBARU.COM//JAKARTA – Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Sunarso mengatakan pihaknya telah menghapus kredit macet UMKM terdampak pandemi covid-19 sebesar Rp24 triliun.
Sunarso mengatakan untuk keperluan tersebut, pihaknya memutuskan margin atau keuntungan BRI yang besar tidak semuanya diambil menjadi laba.
“Cadangan kita memang sekarang menjadi 228 persen, itu masih lebih dari cukup. Kenapa turun dari 260? Ya untuk biaya penghapusan kredit macet terhadap UMKM Rp24 triliun. Tanpa minta satu sen pun ke Pak Arya Sinulingga (Kementerian BUMN),” katanya dalam acara Ngopi BUMN, Kamis (26/10).
Sunarso mengatakan penghapusan kredit tersebut tidak mengganggu laba BRI. Hal itu terlihat dari laba BRI pada kuartal III tahun ini yang mencapai Rp44 triliun.
“Itu lah hasil transformasi,” katanya.
Perolehan laba sebesar Rp44 triliun dibarengi dengan pertumbuhan aset BRI yang meningkat 9,93 persen (year on year/yoy) menjadi Rp1.851,97 triliun pada kuartal III 2023.
Sunarso mengungkapkan bahwa kinerja itu kontributor utamanya ditopang performa penyaluran kredit BRI yang tumbuh dua digit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan dana murah, kualitas kredit yang terjaga, serta proporsi fee-based income yang porsinya terus meningkat terhadap keseluruhan pendapatan BRI.
Dari sisi fungsi intermediasi, ia menyebut penyaluran kredit tumbuh 12,53 persen (yoy) menjadi Rp1.250,72 triliun hingga akhir September 2023.
“Pencapaian ini masih selaras dengan proyeksi BRI, di mana hingga akhir tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan kredit berada di level 10 hingga 12 persen (yoy),” jelas Sunarso dalam keterangan resmi, Rabu (25/10).
Ia menambahkan seluruh segmen kredit BRI tercatat tumbuh positif. Secara khusus, penyaluran kredit UMKM tumbuh 11,01 persen dari Rp935,86 triliun menjadi Rp1.038,90 triliun di akhir Kuartal III 2023. Sehingga porsi kredit UMKM terhadap total kredit mencapai 83,06 persen.
Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mencatatkan total sebesar Rp1.290,29 triliun atau tumbuh 13,21% (yoy).
“Penopang utama DPK BRI masih bersumber dari dana murah (CASA) dengan porsi mencapai 63,64 persen atau sebesar Rp821,14 triliun,” kata Sunarso.(***)