Safari Capres Cawapres ke Petani Tembakau dan Buruh Pabrik Rokok Tidak Sentuh Akar Masalah

LIPUTANBARU.COM//Jakarta – Jelang perhelatan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 safari politik makin gencar dilakukan para Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) ke berbagai daerah sekaligus menemui sejumlah kalangan.

Pekerja sub-sektor industri tembakau, antara lain petani maupun pekerja pabrikan rokok, menjadi salah satu basis yang disambangi Capres dan Cawapres sebab dinilai strategis guna didengarkan berbagai aspirasinya.

Diketahui, Capres Ganjar Pranowo dan Cawapres Muhaimin Iskandar telah mendatangi pabrikan rokok sigaret kretek tangan (SKT) di Malang, Jawa Timur. Sedangkan Cawapres Gibran Rakabuming Raka bertemu dengan para petani tembakau di Temanggung, Jawa Tengah.

Kendati demikian, menurut pegiat pertanian tembakau, kunjungan para Capres maupun Cawapres tersebut tetap tidak menyentuh akar permasalahan yang selama ini diharap petani serta pekerja pabrikan rokok.

“Tidak ada isi substansi baru yang dibawa dari safari politik Ganjar, Muhaimin, dan Gibran, ke petani tembakau serta buruh pabrik rokok. Semua masih janji lama sejak dulu yang sampai sekarang tidak pernah terwujud jalan keluar penyelesaian persoalan dihadapi petani tembakau dan buruh pabrik rokok,” ujar Ketua DPD Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI Jawa Barat, Suryana, Senin (6/11/2023).

Suryana menuturkan, malah kesan yang muncul dari safari politik Capres dan Cawapres ke petani tembakau dan buruh pabrik rokok adalah sekadar ‘pemanis’ saja guna kepentingan dukungan suara.

Suryana menyebut, paling penting dibutuhkan dari Capres dan Cawapres saat ini adalah ketegasan memberikan jaminan kebijakan yang positif kepada masa depan kesejahteraan petani tembakau dan buruh pabrik rokok.

“Capres dan Cawapres harusnya berani menjabarkan kebijakan nanti untuk petani tembakau dan buruh pabrik rokok. Banyak aspek perlu dibenahi dan dijamin tidak terganggu lagi, seperti keadilan subsidi pupuk dan regulasi yang berpihak ke petani tembakau dan buruh pabrik rokok,” ucap Suryana.

Suryana mengungkapkan, selama ini petani tembakau dan buruh pabrikan rokok seperti kalangan yang tidak pernah dianggap kehadirannya di industri Tanah Air. Harapan kesejahteraan yang diinginkan petani tembakau maupun buruh pabrik rokok akhirnya masih sulit terwujud.

Sebelumnya akhir Oktober lalu, Wakil Kepala Lembaga Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Sofyan Sjaf, mengatakan, para Capres dan Cawapres belum menunjukkan pemikiran seriusnya pada potensi perkebunan tembakau yang memberi andil besar untuk desa.

Sofyan menyampaikan, jika muncul kebijakan tepat arah terhadap industri tembakau maka petani tembakau di pedesaan dan buruh pabrikan rokok merupakan pihak paling merasakan manfaat positifnya.

Sofyan menjelaskan, kebijakan yang tepat dari para Capres-Cawapres nanti tersebut amat diperlukan karena mempengaruhi keberlangsungan dan produktivitas kinerja petani tembakau dan pemangku kepentingan lainnya di dalam ekosistem industri tembakau.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *